cewek-dimabukin, Jakarta: Kondisi krisis ekonomi bikin orang cenderung lebih susah cari uang, buntutnya banyak yang stres karenanya. Dampaknya bukan cuma gangguan psikologis saja, tetapi juga meningkatkan jumlah penderita penyakit kulit seperti eksim dan jerawat.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh British Skin Foundation baru-baru ini menegaskan hubungan antara resesi ekonomi di Inggris dengan peningkatan jumlah penderita penyakit kulit. Ketika ekonomi negara sedang sulit, makin banyak yang menderita sakit kulit.
Dari 105 dokter kulit yang diwawancarai, 41 persen membenarkan adanya peningkatan kasus penyakit kulit pada masa-masa ekonomi sedang sulit. Sebanyak 5 persen mengatakan peningkatannya sangat tajam, sedangkan 50 persen menilai sedang-sedang saja.
Laporan hasil penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan British Association of Dermatologists tersebut juga mengungkap bahwa krisis ekonomi paling berpengaruh pada penyakit eksim atau eksema. Gangguan ini dicirikan dengan peradangan di permukaan kulit yang memicu gelembung-gelembung seperti melepuh.
Meski demikian, peningkatan jumlah penderita saat krisis ekonomi juga teramati pada jenis penyakit kulit lain termasuk jerawat. Penyakit kulit lainnya yang juga meningkat adalah psoriasis atau radang kulit kronis, serta vitiligo atau gangguan pigmentasi yang memunculkan bercah keputihan.
"Resesi ekonomi membawa sejumlah permasalahan yang meningkatkan stres dan penderitaan pada jutaan pasien yang punya penyakit kulit," kata Bevis Man, salah seorang anggota British Skin Foundation seperti dikutip dari Dailymail, Senin (30/7/2012).
Penyakit kulit memang erat hubungannya dengan stres, bukan saja sebagai dampak dari stres tetapi kadang juga sekaligus pemicu stres. Data dari British Skin Foundation sebelumnya menunjukkan bahwa kebanyakan penderita penyakit kulit kronis menerima perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungan dan sebagian kecil pernah terpikir untuk bunuh diri karenanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar