Kalau teman-teman di rumah punya alat Reverse Osmosis untuk mengolah air menjadi air minum, maka teman-teman perlu melakukan pengujian secara berkala air minum yang dihasilkan untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik. Kinerja alat Reverse Osmosis sebenarnya diukur dari kinerja filter dan memmbran RO dengan mengukur besar TDS yang mampu dihilangkan. Besar penurunan TDS mengindikasikan penurunan mikro-organisme dan partikel non-solid berbahaya seperti khlorin dan florida. Jadi, pastikan teman-teman memeriksa kualitas air minum paling tidak 1 kali setiap bulannya untuk mengetahui bahwa filter dan membran RO masih dalam kondisi baik.
Carbon Filter
Carbon Filter merupakan teknologi yang paling sering digunakan di sistem filtrasi air minum. Tapi sayangnya, pemilik sistem filtrasi seperti ini jarang melakukan pemeriksaan. Di banyak kasus, filter tidak dibersihkan dengan baik, atau tidak dilakukan penggantian secara berkala. Pemakaian yang melewati batas waktu akan menurunkan kinerjanya, bahkan akhirnya kontaminan yang sudah overload di dalam filter ikut keluar bersama air minum.
Persentase Kinerja RO
Kinerja sebuah alat RO dilihat dari persentase penurunan kadar TDS atau disebut dengan rejection rate. Rejection rate adalah persentase kontaminan yang tidak bisa tembus/melewati membran. Rejection rate harus setinggi mungkin sehingga air minum bisa masuk kategori “ideal“.
Untuk mengetahui besar rejection rate maka perlu diketahui besar TDS air baku (air sebelum diolah). Sebagai contoh, air baku diujikan dan diketahui memiliki konsentrasi TDS sebesar 300ppm, setelah diolah menggunakan alat Reverse Osmosis didapatkan hasil sebesar 15 – 30ppm, maka rejection rate adalah sebesar 90% – 95%.
Namun, alat Reverse Osmosis di-desain untuk kualitas air baku tertentu, dan besar rejection rate tertentu. Jadi, jika suatu alat Reverse Osmosis di-desain dengan rejection rate yang rendah, maka kualitas air minum yang dihasilkan juga menurun.
Thanks to TDS meter
Carbon Filter
Carbon Filter merupakan teknologi yang paling sering digunakan di sistem filtrasi air minum. Tapi sayangnya, pemilik sistem filtrasi seperti ini jarang melakukan pemeriksaan. Di banyak kasus, filter tidak dibersihkan dengan baik, atau tidak dilakukan penggantian secara berkala. Pemakaian yang melewati batas waktu akan menurunkan kinerjanya, bahkan akhirnya kontaminan yang sudah overload di dalam filter ikut keluar bersama air minum.
Persentase Kinerja RO
Kinerja sebuah alat RO dilihat dari persentase penurunan kadar TDS atau disebut dengan rejection rate. Rejection rate adalah persentase kontaminan yang tidak bisa tembus/melewati membran. Rejection rate harus setinggi mungkin sehingga air minum bisa masuk kategori “ideal“.
Untuk mengetahui besar rejection rate maka perlu diketahui besar TDS air baku (air sebelum diolah). Sebagai contoh, air baku diujikan dan diketahui memiliki konsentrasi TDS sebesar 300ppm, setelah diolah menggunakan alat Reverse Osmosis didapatkan hasil sebesar 15 – 30ppm, maka rejection rate adalah sebesar 90% – 95%.
Namun, alat Reverse Osmosis di-desain untuk kualitas air baku tertentu, dan besar rejection rate tertentu. Jadi, jika suatu alat Reverse Osmosis di-desain dengan rejection rate yang rendah, maka kualitas air minum yang dihasilkan juga menurun.
Thanks to TDS meter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar